S dan T : sepenggal kisah

ketika mas baik pergi.

kalo bunda helvy punya cerpen ” ketika mas gagah pergi”

aku punya sekelumit perjalanan singkat : “ketika mas baik pergi”

sosok yang santun. baik agama dan akhlaknya.

kerabat. bukan hanya keluarga yang baru kenal.

aku menyadari sepenuhnya ini keputusanku.

untuk menjauh.

meninggalkan kesahajaan antara dua keluarga.

menepi dari perbincangan antar harapan.

harapan akan dikuatkan pertalian dua keluarga.

bila saja ketika benar aku berjodoh dengannya.

ya. bila saja.

ah, tapi nyatanya Allah terlalu baik untuk kami.

hingga di suatu hari yang disediakanNya.

semua keraguan dan bimbang antar kami terjawab.

rasanya kami terlalu memikirkan hal macam-macam.

sekalipun, tiap kami pasti punya saja alasan untuk tidak ingin disatukan.

mulai dari aktivitas ku, “aku masih profesi, mana mungkin.”

“aku baru saja bekerja, belum cukup modal” ini dari sudut pandangku.

ketika disimpulkan semua bermuara pada dua kata, “belum siap”

dan “tidak ingin”

sekalipun kagum terus menghampiri. perlahan namun pasti.

rasa yang tidak ingin aku sama kan dengan rasa yang lain.

spesial itu karena aku bukan hanya mengetahui sosok nya.

namun juga keluarganya.

pun sebaliknya, ia kepada keluarga ku.

pernah kami ber”argumen” hebat.

tentang jalan yang sama-sama kami cintai : dakwah.

sekali aku kaget. kenapa keras kepala sekali sosok ini.

namun hingga berulang sampai penggal waktu berikutnya.

“aah selalu saja.” batin ku.

sesekali aku memejamkan mata.

menghirup napas panjang.

sambil berkata : ” dia baik, tapi aku yakin ada yang jauh lebih baik dari aku”

perhalus dari kata tidak mau.

karena bagaimana mungkin, dalam satu rumah memiliki dua pandangan yang berbeda?

pandangan yang lagi-lagi tentang prinsip.

tentang kau taruh dimana hatimu.

kau tahu,

alphabet S dan T itu berdekatan.

tapi, lain halnya dalam hidup se-atap.

mungkin akhirnya, akan ada T ganda. atau malah S ganda.

tidak ada lagi dua pandangan.

hanya satu yang mendominasi.

terakhir, jangan salahkan imam syahid hasan al banna dengan jema’ah ikhwan-nya.

dan tidak aku salahkan apa yang menjadi jalan hidup mu.

hanya saja kita harus dewasa menyikapi ini semua.

karena ada batas yang tegas.

antara S dan T

tidakkah, kau lihat?

selalu ada.

barakallahu fii na ajmain. . .

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.