“Berawal dari tinta, titik, lalu menjadi garis . .”

berawal dari rasa rindu yang membuncah dan tentu rasa syukur teramat atas berkah Nya hingga hari ini. .

puisi ini pernah saya kirimkan ke sebuah acara, hanya berpartisipasi sekaligus mengasah kemampuan menulis bukan sejenis lomba.. sayang, dengan kondisi saya yang sedang karantina ini saya tidaak bisa menghadiri acara tersebut..

Tema : Mengungkap kita dengan kata.
**mendengar suguhan tema tersebut, sekilas terlintas wajah lelaki shalih di sana 🙂

selamat mencicipi . . ^_^

————————————————————————-

“Berawal dari tinta, titik, lalu menjadi garis . .”

Kita.
Bukankah terdengar begitu nyaman ?
Kita yang bisa diartikan lebih dari satu orang.
Bukan lagi aku.
Karena kata “ aku” kadang terdengar begitu egois.
Rasanya . . hanya mementingkan diri sendiri.
Tidak peduli dengan yang lain.
Yang penting , bagaimana memenuhi keinginan sendiri.
Aku, titik nya hanya satu.
Namanya, titik aku . . .

Lantas kita?
Kita bisa menyatakan sekumpulan orang
Bahkan hanya aku dan kamu pun, bisa jadi kita
Yang jelas, tidak lagi aku sendiri titik nya.
Tapi ada titik mu, disana.
Hingga jika dihubungkan , akan membentuk garis.
Satu bentuk baru yang dihasilkan dari dua titik.

Titik yang bisa jadi dahulu tidak terlihat.
Karena mungkin sebenarnya , ,
titik mu itu dekat dengan titik ku.
Hanya kita tidak saling tahu . .
Jauhnya jarak atau tersamar nya rasa..
membuat kita terdiam di titik masing-masing

Ketahuilah. .
Tinta lalu titik.
Kertas yang semula putih itu, , kemudian terisi oleh titik mu dan titik ku.
Tinta yang berasal dari sentuhan tangan Pemilik tinta,
Yang kemudian berwujud titik di kertas putih itu.
Mungkinkah ada titik, jika tidak ada Pemilik tinta yang menyentuhkan tinta ke kertas putih itu ?
Tidak. Tentu tidak.

Ingatkah?
Titik mu dan titik ku yang dahulu kecil, kemudian bertumbuh karena tambahan tinta yang diberikan.
Bertumbuh karena memang sudah masa – nya.
Atas kehendak Pemilik tinta,
Entah bagaimana cara nya.
Hingga aku mengenali titik mu dan kamu mengenali titik ku.

dan pada sekian hitungan purnama,
Titik itu serasa mendekat, perlahan.
Saat titik mu dan titik ku telah melintasi dimensi ruang dan waktu.
Menjadi dekat atas kehendak Pemilik tinta.
Satu kali lagi sentuhan tangan ke kertas putih itu.. .
Mampu membuat titik mu dan titik ku terhubung.
Menjadikannya garis lurus.

Hingga akhirmya. . . .
Tinta dan kertas tidak menghasilkan titik , tanpa kehadiran Pemilik tinta dengan sentuhan tangan Nya.
Begitu juga dengan titik mu dan titik ku,
tidak akan berubah menjadi garis lurus ,
jika Pemilik tinta tidak menghubungkan kedua titik itu.. .

singkatnya,
Titik ku, aku . .
Titik mu, kamu . .
Garis lurus, kita . .
Karena aku dan kamu. . hingga menjadi kita. . . tentulah sesuai kehendak Nya.

*catatan :
Titik ku : aku
Titik mu : kamu
Pemilik tinta : Allah SWT
Garis lurus : kita dan pernikahan
—— ————————————— —————————-
# dipersembahkan untuk teman-teman dengan niat agar menjadi hikmah bahwasanya hidup bagaikan kita menulis diatas kertas, akan kah kita ikhlas jika titik itu terus menyendiri, belum ada pendamping dalam hidup. Ataukah kita mau bersabar untuk menunggu Allah SWT menghubungkan kita dengan titik yang lain, yaitu jodoh mu.

# Dan juga dipersembahkan untuk semakin mensyukuri nikmat Allah SWT atas pernikahan saya dengan suami , yang baru saja menikah tanggal 7 september 2012. Untuk, ferdias ramadoni. . Lelaki shalih yang selalu saya harapkan dapat berjodoh hingga surga . .

“ . . maka izinkan kami bersisian hingga surga Mu, Ya Rahman. .”

With full of love,
(Nurul Widiyastuti)*

*penulis merupakan Mahasiswi FIK UI 2007, peserta K2N UI 2010 titik Pulau Subi Kecil,
Dan kini sedang mengikuti pelatihan Pencerah Nusantara Batch I yang oktober 2012 ini
akan ditugaskan menjadi perawat di pulau ende, NTT selama satu tahun penugasan.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.