Ashar di Pulau Ende

IMG01292-20121207-1751

Awan putih berarak, satu dua yang hitam. Memenuhi langit Pulau Ende sore hari. Tetabuhan bedug masjid menghentikan aktivitas beberapa masyarakat. Kumandang adzan ashar terdengar dari masjid seluruh desa. Bersamaan dan ada juga yang seperti bersusulan. Suasana pulau yang tenang memberi kerinduan tersendiri. Tidak seperti hiruk pikuk kota besar. Jengah dan memekakan telinga.

Ashar merupakan penutup hari, saat malaikat kembali ke langit. Juga pembuka hari selanjutnya saat malaikat turun ke bumi. Kalau bisa jangan tidur sekalipun lelah. Karena disaat ashar hingga petang puji-pujian harus melangit. Berdzikir seraya memuji Tuhan semesta alam. Pesan yang saya masih ingat dari guru agama SD dengan gaya bahasa yang sedikit saya ganti.

Kemudian ada lagi mengenai ashar. Tentang seorang ibu memberi nama anak ashari. Bukan. bukan karena ia mengidolakan Ayu Azhari. Televisi pun ia tidak punya. Tapi lebih karena ia melahirkan anak nya tepat setelah shalat ashar. Di rumah? Ya. Dibantu dukun pada akhirnya. Adakah ashari di rumah itu? Tidak. Ia lebih dulu menemui Tuhan nya. Bertahan dua hari lalu meninggal karena prematur. Ashari. Kelak menjadi amal orang tua nya yang sabar dan ikhlas. Itu kalimat terakhir sebelum saya pamit usai pendataan keluarga. Ashari. betapa orang tua mu menyayangi mu.

Ashar hari lainnya di Pulau Ende. Dermaga menjadi tujuan untuk sejenak menikmati semilir angin dan melepas lelah. Memupuk rindu . Memberi pesan pada matahari yang akan tenggelam. Tenggelam di Indonesia tengah artinya senja (masih) di Indonesia barat. Pesan yang bahwasanya rindu ku lebih cepat sampai pada mu dibanding raga ku. mu yang berarti kamu. Lalu, telah sampaikah rindu itu?

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.