Aesesa dan Perjalanan Menuju Masjid

Tulisan kali ini saya hadirkan untuk kembali mengingat dan mensyukuri bahwa nikmat dan pertolongan Allah sungguh melimpah dan dirasa dekat.
Ini tentang perjalanan saya dan team ke Kecamatan Aesesa , Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Mengisi akhir pekan rehat sejenak dari aktivitas dengan menyambangi sisi lain dari Pulau Flores. Perjalanan dari Kabupaten Ende menuju Kabupaten Nagekeo dengan mengendarai mobil memakan waktu sekitar 2-2,5 jam. Kami beristirahat sebentar di kantor seorang teman kenalan. Saling berbagi pengalaman selama penugasan dan menyelipkan kisah inspiratif. Sayup-sayup kumandang adzan terdengar dari masjid. Saya dan Indri (anggota team lainnya) memutuskan untuk shalat Dhuhur di masjid. Bagi saya, dapat mendengar suara adzan sekalipun berada di wilayah yang mayoritas penduduknya non muslim adalah nikmat yang patut disyukuri. Kami berjalan ke luar kantor hingga tiba di persimpangan jalan raya, lalu kami bertanya ke penduduk setempat untuk tiba segera di masjid. Kami merasakan suhu udara disini lebih panas dari udara Pulau Ende dan keadaan yang membuat beda lainnya dari suasana Pulau Ende biasanya adalah penemuan babi yang berkeliaran di jalan menuju masjid. “oke, ini pertama kali nya saya lihat babi secara langsung!” gumam dalam hati.

Perjalanan ini mengarahkan kami melewati pasar tradisional di Kelurahan Danga-Mbay. Di pasar ini terlihat keramaian transaksi , para Inei (perempuan , biasa juga disebut untuk nenek) sebagian besar menjual dagangan seperti beras padi, beras jagung, tepung singkong dan hasil bumi lainnya yang menjadi makanan pokok penduduk. Saat melewati pasar banyak truk berhenti , tidak seperti halnya truk kebanyakan , namun bagian belakang truk ini lebih semacam “tronton” dengan tatanan kursi yang sedemikian apik untuk ditempati. Kursi itu sudah terisi orang-orang dengan barang belanjaan masing-masing. “ini truk apa sih?” pertanyaan yang saya lontarkan ke indri. Indri menyambutnya dengan gelengan kepala. Lalu kami berdua mencari tahu , karena ini pun pengalaman pertama kami melihat truk dengan sisi samping terbuka jadi terlihat seperti ada teralis atau pembatas di sisi kanan juga kiri. Orang-orang duduk di kursi truk naik dari sisi belakang truk yang terbuka. Hingga ter-eja-lah pada bagian depan kaca truk tulisan “Trans Flores”. Akhirnya terjawab sudah. Truk ini sebagai sarana transportasi umum masyarakat Nagekeo. Sayang nya kami tidak tanya lebih jauh kepada penduduk setempat mengenai jalur yang dilewati truk dan harga sekali perjalanan karena ke-empat telinga kami telah ter-setting untuk mengenali iqamah dari masjid. Jalan kami menemui cabang yang padahal arahan dari orang sebelumnya kami tanya ,seharusnya kami sudah tiba di masjid karena ini sudah petunjuk terakhir yang diberikan. “Fine! Kemana lagi kita?” kalimat yang spontan keluar dari mulut saya disertai celinguk dan menyebarkan pandangan mata ke segala arah mencari bangunan berbentuk masjid. Menyerah pada kebingungan, akhirnya kami bertanya untuk kedua kalinya kepada pedagang di ujung pasar. Tidak sampai 5 menit kami memasuki gerbang masjid.

Alhamdulillah. Usai wudhu kami mencari-cari mukena di masjid dan tidak ada. Kala itu shalat berjama’ah sudah memasuki raka’at 3 , saya memutuskan untuk shalat dengan tambahan kaus kaki meninggalkan indri yang masih mencari mukena. Usai shalat , indri sudah duduk di belakang saya, “gak ada mukena” ujarnya. beberapa menit kemudian ada bapak tua mendatangi kami lalu bertanya, “belum shalat ya mbak? Sebentar ya mukena sedang diambil”. Lalu selang 5-10 menit datang bapak tua yang lain membawa kantong plastik “ini mbak mukena nya” kemudian dengan sigap indri menerima plastik itu. Ketika indri membuka mukena, saya melihat warna putih mukena yang tampak baru dengan lipatan yang masih rapi. Lalu Indri mulai mengenakan mukena itu dan setelah dipakai ia bilang “bau nya masih baru” lalu saya hanya tersenyum ke arah indri.

Kemudian diheningnya saya yang menunggu indri shalat, saya mulai merunut kejadian saya dari awal hingga sampai di masjid ini. Bermain dengan pikiran sendiri lalu menyunggingkan senyum sendiri. Lalu ketika Indri masih shalat, saya memastikan apa yang ada dipikiran saya benar atau tidak. Dan Ya. Plastik yang berisi mukena itu bertuliskan salah satu toko yang berada di Pasar Danga. Itu artinya mukena itu baru dibeli tadi sebelum Indri shalat. Seperti apa yang saya pikirkan sebelumnya. Seharusnya bapak tua tadi mengatakan “sebentar ya mbak mukenanya sedang dibeli di toko” 🙂 Subhanallah. ukhuwah ini terasa sangat manis. Jika saja kita menyadari bahwa tiap waktu itu pasti Allah menyisipkan pelajaran dan karunia yang melimpah untuk mereka yang mau berpikir dan bersyukur.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.