Belakangan marak sekali pemberitaan mengenai partai dan para kadernya yang terjerat kasus korupsi, mulai dari partai sekuler hingga partai dakwah pun ikut tersangkut masalah korupsi. Namun yang menarik bagi saya adalah bagaimana masing-masing partai tersebut menyikapi sandungan di masing-masing internalnya.
Beberapa partai sekuler keukeuh tidak mengakui adanya kebusukan di dalam tubuhnya, pun ada partai sekuler yang malah menjadikan krisis di internalnya menjadi momentum tarik-menarik kekuasaan antar faksi yang kalau boleh saya menebaknya akan berujung pada bubarnya partai tersebut. Namun yang menarik bagi saya adalah bagaimana sebuah partai dakwah yang mengakui bahwa ada yang tidak beres di dalam tubuhnya, lalu segera membenahi diri dan bahkan memperkuat soliditas kader-kader yang ada di dalamnya.
Boleh dipastikan bahwa saya bukanlah kader partai manapun di negeri Indonesia tercinta ini, juga boleh dipastikan bahwasanya saya bukan seorang yang antipati terhadap partai yang kemudian menyulut api golput di mana-mana. Itu semua karena menurut saya semua partai politik di Indonesia masih sama antar satu dengan yang lainnnya, belum ada yang benar-benar memegang ideologinya sendiri atau dengan kata lain “beda berucap beda pula bertindak” atau bisa juga disebut inkonsistensi terhadap nilai-nilai yang dianutnya sendiri. Namun yang menarik bagi saya adalah bagaimana kita harus tetap memilih yang terbaik di antara yang terburuk, karena bagaimanapun sistem pemerintahan negara kita masih bergantung kepada suara terbanyak dari rakyatnya untuk memilih sosok pemimpin negara, dan saya tak mau suara saya terbuang atau bahkan malah disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Lalu bila sedikit bergeser dari ranah politik menuju ranah kehidupan sosial masayarakat Indonesia, maka akan ditemukan langsung betapa masalah-masalah politik antar pemimpin kita tak ada apa-apanya dengan masalah-masalah sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini. Namun yang menarik bagi saya adalah bagaimana saya bisa ikut membantu dan mengambil peran dalam usaha-usaha pemecahan masalah sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat kita tanpa membeda-beda kan suku, ras, warna kulit, bahasa, dan juga agama.
Karena manusia akan selalu memiliki kecenderungan juga keberpihakan akan segala sesuatu di dunia ini. Namun yang menarik bagi saya adalah bagaimana cara supaya pada saat berpihak tidak sampai menyakiti perasaan orang lain yang tak sepihak dengan kita. Sehingga warga Indonesia bisa lebih saling memahami, menghargai, dan mencintai satu sama lain.
Leave a Comment