Untukmu, nak

Nak, apa kabar mu disana?

Disini ayah dan bunda mu sedang berpisah jarak.
Tetapi tenang, nak.
Kami tetap mencinta dan mendoa satu sama lain.
Ayah di Depok dan Bunda di Ende. keduanya masih Indonesia.
Tidak perlu cemas dengan salju yang membuat ayah mu kedinginan.
Karena Depok hanya menyediakan hujan dan petir yang sudah akrab dengan ayah mu.
Bunda pun sudah berkenalan dengan mereka, 4 tahun cukup untuk mengenal nya.
Tidak pula harus cemas dengan sengat matahari Pulau Ende,
hanya merubah warna kulit bunda namun tak seberapa, bunda sehat itu sudah cukup.

Nak, sementara kamu masih didekap Nya, ayah bunda mu sedang merajut kasih.
Layaknya muda-mudi yang sedang dilanda asmara, juga rindu yang menyembilu.
Mengecap seluruh rasa saat awal membangun cinta, menjadi pelajaran pertama bagi kami.
Manis yang tidak melulu bak di ujung lidah, namun kemudian merayap ke asam bahkan pahit.
Ustadz Salim bilang, ini mengenai merayakan cinta; pacaran setelah pernikahan. πŸ™‚

Membangun cinta pun menyelaraskan sikap, ini penting nak.
Baik dan buruk nya ayah bunda mu, terbongkar disini.
Tidak perlu ada yang ditutupi, menjadi tidak samar agar saling mengisi.

Kau tahu nak?
Ayah mu itu seorang lelaki baik,
lelaki yang sangat sayang keluarga nya,
dan juga lelaki shalih yang masih belajar dan terus belajar mengenai Islam,
menjadi nahkoda sebuah kapal yang berlayar hingga surga.

lalu bunda mu ?
Hanya seorang perempuan yang sangat meyakini bahwasanya Tuhan nya akan mengabulkan pinta nya ,
seorang perempuan yang bahkan beberapa kali tersadar tulisan nya menjadi doa,
dan juga seseorang yang sangat merindukan belai lembut dari perempuan surga yang melahirkan nya.

Nak,
Kelak suatu hari nanti kau ada disini nak.
Dalam dekap kami.
Kami janji akan menjaga fitrah mu dalam Islam, bukan yahudi bahkan majusi.
Kami janji akan membuat Rasulullah bangga nak, berapa pun jumlah kalian.
Dan kami janji akan menunaikan kewajiban kami sebagai orang tua;
dengan memberi nama yang baik untuk mu ketika kau lahir,
mendidik mu dengan al-qur’an dan sunnah,
lalu memilihkan pasangan yang terbaik untuk mu ketika kau dewasa.

Nak,
Kini kami janji akan mentarbiyah diri kami dengan sebaik-baiknya.
Hingga nanti kami bisa mentarbiyah mu, menjadi alfatih-alfatih terbaik pada masa nya.
Satu pesan kami nak,
“Tarbiyah madal hayah”
Tidak ada kata henti, karena tarbiyah sejatinya seumur hidup.

Ayah dan bunda, yang rindu akan hadir mu
*kisses*

2 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.